Selasa, 09 September 2014

PEMERIKSAAN PARASIT PADA SAYURAN SEGAR

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI
PEMERIKSAAN PARASIT PADA SAYURAN SEGAR
“KANGKUNG LADANG”



Ø  DASAR TEORI

Kalangan masyarakat Indonesia sering di jumpai kebiasaan memakan sayuran segar yang tanpa dimasak terlebih dahulu. Sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral dapat tercemar oleh telur cacing parasit usus. Pencemaran dapat terjadi dari lahan maupun dari tempat penjualan.
Sayuran yang diperjualbelikan di tempat – tempat terbuka akan sangat memungkingkan dihinggapi serangga maupun binatang pengerat tertentu yang merupakan vector mekanisme yang dapat menyebarkan mikroorganisme tersebut adalah bersifat pathogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Sayuran–sayuran memang sangat dipelukan oleh tubuh kita. secara singkat Purawijaya (1989) menuliskan bahwa sayuran mempunyai tiga kegunaan pokok:
1.Sebagai sumber tenaga.
2.Sebagi sumber pembangun sel tubuh.
3.Sebagai sumber vitamin dan mineral.
Sesekali memang dipandang perlu memakan lalapan, karena sayuran diperlukan oleh tubuh untuk proses metebolisme terutama karena adanya karotin, vitamin kompleks dan vitamin C. Salah satu mikroorganisme yang sering dijumpai pada sayuran segar adalah mikroorganisme yang dimasukkan pada kelompok parasit, baik yang bersel satu (protozoa) atau helmit. Protozoa maupun helmit sama sama dapat membahayakan kesehatan manusia. Oleh sebab itu dari segi kandungan gizi lalapan perlu juga untuk dijaga keamanannya dalam arti bebas dari mikroorganisme. (Anwar, dkk, 1985)
Parasit merupakan kelompok biota yang pertumbuhan dan hidupnya bergantung pada makhluk lain yang dinamakan inang. Inang dapat berupa binatang atau manusia. Menurut cara hidupnya, parasit dapat dibedakan menjadi ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah jenis parasit yang hidup di permukaan luar tubuh, sedangkan endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam organ tubuh inangnya. Parasit yang hidup pada inangnya dalam satu masa/tahapan pertumbuhannya seluruh masa hidupnya sesuai masing-masing jenisnya (Setyorini dan Purwaningsih, 1999).
Semakin banyak telur yang ditemukan di sumber kontaminasi (tanah, debu, sayuran, dan lainnya), semakin tinggi derajat endemi di suatu daerah. Jumlah telur yang dapat berkembang, menjadi semakin banyak pada masyarakat dengan infeksi yang semakin berat, karena terdeteksi di sembarang tempat, khususnya di tanah, yang merupakan suatu kebiasaan sehari-hari. (Gandahusada, 1998).

v Kangkung


Kingdom              : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom         : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi          : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                    : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                    : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas             : Asteridae
Ordo                     : Solanales
Famili                   : 
Convolvulaceae (suku kangkung-kangkungan)
Genus                   : 
Ipomoea
Spesies                  : Ipomoea reptana Poir.

1.1  Sejarah Singkat

Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika.

1.2  Sentra Penanaman

Kangkung banyak ditanam di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat, juga di Irian Jaya di Kecamatan Muting Kabupaten Merauke kangkung merupakan lumbung hidup sehari-hari. Di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar tanaman kangkung darat banyak ditanam penduduk untuk konsumsi keluarga maupun untuk ijual ke pasar.

1.3  Jenis Tanaman

Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung yang dikenal dengan nama Latin Ipomoea reptans terdiri dari 2 (dua) varietas, yaitu Kangkung Darat yang disebut Kangkung Cina dan Kangkung Air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa atau parit-parit

Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air:

Warna bunga
Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat bunga putih bersih.

Bentuk daun dan batang.
Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar dari pada kangkung darat. Warna batang berbeda. Kangkung air berbatang hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijau-hijauan.

Kebiasaan berbiji.
Kangkung darat lebih banyak berbiji dari pada kangkung air. Itu sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan stek pucuk batang.





1.4. Manfaat Tanaman

Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang muda dan pucuk-pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Kangkung selain rasanya enak juga memiliki kandungan gizi cukup tinggi, mengandung vitamin A, B dan vitamin C serta bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan.

Disamping itu hewan juga menyukai kangkung bila dicampur dalam makanan ayam, itik, sapi, kelinci dan babi.

Seorang pakar kesehatan Filipina: Herminia de Guzman Ladion memasukkan kangkung dalam kelompok "Tanaman Penyembuh Ajaib", sebab berkhasiat untuk penyembuh penyakit "sembelit" juga sebagai obat yang sedang "diet". Selain itu, akar kangkung berguna untuk obat penyakit "wasir"

v  Soil Transmitted Helminthes
Menurut Margono (2006), Soil transmitted helmintes adalah cacing yang berhabitat di saluran pencernaan manusia dan hewan. Manusia merupakan hospes beberapa soil transmitted helmintes. Sebagian besar dari cacing ini adalah penyebab masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Soil transmitted helmintes ditularkan melalui tanah dan spesies yang sering ditemukan di tinjamanusia adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichura, dan cacing tambang

Sedangkan menurut soedarto (1991), Soil transmitted helminthes adalah cacing perut yang siklus hidup dan penularannya melalui tanah. Di Indonesia terdapat lima spesies cacing perut yang penularannya melalui tanah yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiuria, Ancylostoma deudenale, Necator americanus dan Strongyloides Stercolaris



v Ascaris lumbricoides
F Penyakit          : askariasis
F Hospes            : manusia
F Morfologi
-          Cacing jantan berukuran 10-31 cm, ekor melingkar, memiliki 2 spikula
-          Cacing betina berukuran 22-35 cm, ekor lurus, pada 1/3 bagian anterior memiliki cincin kopulasi
-          Mulut terdiri dari atas tiga buah bibir
-          Telur yang dibuahi berukuran ± 60 x 45 mikron, berbentuk oval, berdinding tebal dengan 3 lapisan dan berisi embrio
-          Telur yang tidak dibuahi berukuran ± 90 x 40 mikron, berbentuk bulat lonjong atau tidak teratur, dindingnya terdiri atas 2 lapisan dan dalamnya bergranula
-         Telur decorticated, telurnya tanpa lapisan albuminoid yang lepas karena proses mekanik         
F Patologi Klinis
Larva di pulmo menyebabkan sindrom Loeffler, juga dapat menyebabkan bronkopneumonia. Cacing dewasa di dalam rongga usus dapat menyebabkan ileus obstruktif. Bila cacing dewasa menetap di tempat-tempat yang tidak biasa (apendiks, peritoneum, saluran empedu, trakea) disebut infeksi ektopik.
F Diagnosis
Adanya telur dalam tinja.
Cacing dewasa yang keluar melalui mulut, hidung, atau tinja




v   
Ø  Tujuan Praktikum
Praktikum pemeriksaan parasit pada sayuran bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya parasit pada sayuran segar.
Ø  Hari/Tanggal pemeriksaan : Rabu, 06 Maret 2013

1.      Cara Flotasi
Ø  Alat
ü  Baskom
ü  Pisau
ü  Tabung reaksi
ü  Beaker glass
ü  Cover glass
ü  Objek glass
ü  Spatula
ü  Pipet tetes
ü  Rak tabung
ü  Mikroskop
Ø  Bahan
ü  Kangkung ladang
ü  Garam
ü  Aquadest
2.      Cara Sedimentasi
Ø  Alat
ü Baskom
ü Pisau
ü Gelas piala / Imhoffcone
ü Spatula
ü Centrifuge dan tabungnya
ü Pipet tetes
ü Objek glass
ü Mikroskop

Ø  Bahan
ü Kangkung ladang
ü NaOH 0.2 %
Ø  Prosedur kerja
1.      Cara Floting (Flotasi)
F Buatlah larutan NaCl jenuh atau 2nSO4
Tidak selalu memakai NaCl bisa juga memakai gula, yang terpenting tidak memakai asam kuat karena jika menggunakan asam kuat albuminnya akan pecah.
F Potong sayuran kecil-kecil 
F Masukkan larutan NaCl dan sayuran ke dalam baskom
F Aduk 30-45 menit agar parasit yang ada di sayuran bisa tercampur dengan larutannya.
F Masukkan cairan pada tabung reaksi besar
F Isi penuh sampai bibir tabung kemudian tutup dengan cover glass
F Biarkan selama 60 menit
F Periksa dengan mikroskop perbesaran 10x-40x
2.      Cara Sedimentasi
F Buatlah larutan NaOH 0.2 %  (tidak jenuh)
F Potong sayuran kecil-kecil
F Masukkan larutan NaOH 0.2 % dan sayuran ke dalam baskom
F Aduk 30-45 menit agar parasit yang ada di sayuran bisa tercampur dengan larutannya.
F Setelah itu, Masukkan cairan pada tabung Imhofcone atau gelas piala, kemudian diamkan selama 60 menit
F Setelah 60 menit, buang cairan yang ada diatas (super natan)
F Cairan yang ada dibawah (filtrat) masukkan ke dalam tabung centrifuge lalu putar dengan kecepatan 2500 rpm selama 10 menit
F Larutan bagian atas dibuang dan endapan bagian bawah diambil untuk diperiksa secara mikroskopis
F Endapan dari tabung centrifuge diambil satu tetes lalu teteskan pada obyek glass
F Periksa sengan menggunakan mikroskop perbesaran 10x-40x

Ø  HASIL
Pada praktikum pemeriksaan parasit pada sayuran, jenis sayuran yang kami periksa adalah sayuran kangkung ladang atau biasanya disebut kangkung cina. kangkung merupakan salah satu genus dari Ipomoea, dengan nama latin Ipomoea reptans. Warna bunga dari kangkung ladang yaitu putih bersih. Kangkung ladang berbatang dan berdaun lebih kecil dari pada kangkung air dan warna batangnya putih kehijau-hijauan. Dan Kangkung ladang lebih banyak berbiji dari pada kangkung air. Itu sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji.
Hasil yang diperoleh dari cara flotasi dan sedimentasi yaitu negatif. Tidak ada parasit yang ditemukan pada sayuran kangkung ladang.

Ø  KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dengan cara flotasi dan sedimentasi didapatkan hasil yang negatif, sehingga sayuran kubis aman untuk dikonsumsi. Meskipun aman untuk dikonsumsi, namun sayuran tersebut harus tetap dicuci sebelum diolah.



DAFTAR PUSTAKA

 1. Hendra, 2012. Pemeriksaan Parasit Pada Sayuran Segar dari http://city-selatiga.blogspot.com/2012_04_01_archive.html diakses pada tanggal 06 Maret 2013 pukul 20:10
2. Masriadi, 2011. Budidaya kangkung dari http://masriadi-coll.blogspot.com/2011/03/budiaya-kangkung.html diakses pada tanggal 06 maret 2013 pukul 20:04
3. Prianto, L.A. 1999. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama












0 komentar:

Posting Komentar